Catatan
Noa Rang Kuranji:
“Tim
Dapur” KONI Sumbar Yang Nyaris Terlupakan
PADANG – Kontingen
Sumbar memang telah sukses meraih 14 medali emas 10 perak dan 20 perunggu pada
Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-XIX Jawa Barat 2016 lalu. Hampir seluruh
masyarakat Sumbar khususnya pecinta olahraga larut dalam euforia kemenangan.
Mulai dari Gubernur, Wakil Gubernur, pengurus KONI, pengurus cabang olahraga,
pelatih dan atlet mendapat pujian bertubi-tubi.
Namun ada sekelompok pihak yang nyaris
terlupakan dan luput dari perhatian media di tengah euforia keberhasilan
Kontingen Sumbar meraih prestasi terbaik di PON tersebut. Siapakah mereka?
Ya, mereka adalah tim sekretariat KONI
Sumbar atau yang lebih populer disebut “Tim Dapur” KONI yang dipimpin Kepala
Sekretariat Drs. Furqan. Betapa tidak, meski tidak terlihat secara langsung,
namun mereka termasuk “aktor” di belakang layar di balik kesuksesan yang diraih
para duta-duta olahraga Sumbar di lapangan.
Coba bayangkan, seandainya “Tim Dapur”
KONI seperti Musril, Sendu Armi, Bevimailinda, Sari Atrinada Tanjung, Nofriandi, Sutikno dan Riki Anderson tidak
“pontang-panting” menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan dan diminta Panitia
Penyelenggara PON Jabar, belum tentu atlet Sumbar bisa berlaga di arena PON.
Bahkan, kadang-kadang mereka rela
bekerja hingga larut malam demi menyiapkan kelengkapan tim, baik dalam bentuk
surat-surat/administrasi, perlengkapan kontingen dan menyiapkan berbagai
kegiatan KONI Sumbar. Semua itu mereka lakukan dengan sabar dan ikhlas tanpa
minta dipublikasikan media seperti “hobi” kebanyakan pejabat publik.
“Tugas kami hanya bekerja dan menyiapkan
administrasi yang dibutuhkan tim. Kalau Kontingen Sumbar berhasil di PON, kami
turut senang. Kalau gagal, kami juga ikut kena caci-maki masyarakat. Tak
masalah, anggap saja itu resiko dari sebuah pekerjaan,” kata Furqan, Kepala
Sekretariat KONI Sumbar yang telah menjabat sekitar 16 tahun tersebut.
Pendapat senada juga disampaikan Sutikno
alias Ujang dan Nofriandi. Kedua orang ini termasuk pegawai sekretariat KONI
Sumbar paling senior dan masih bertahan hingga saat ini. Mereka juga sempat
menceritakan bagaimana suka-dukanya bekerja sebagai “Tim Dapur” KONI meskipun
status mereka hingga kini masih pegawai honor daerah.
“Terus-terang, saya mengabdi di KONI
Sumbar ini sejak tahun 90-an. Sampai sekarang status saya masih tetap pegawai
honor. Tapi saya ikhlas menjalaninya dan tidak pernah menuntut diangkat jadi
PNS. Yang penting saya merasa enjoy dengan pekerjaan ini,” ujar Ujang yang
lebih banyak berperan sebagai tukang antar surat di KONI Sumbar.
Kondisi serupa juga diakui Nofriandi
yang sehari-hari lebih banyak bertugas menjaga aset dan perlengkapan milik KONI
Sumbar. Bahkan, kadang-kadang dia juga merangkap sebagai fotografer dalam
situasi darurat.
“Kadang-kadang saya merangkap jadi
fotografer guna mengabadikan moment penting di KONI Sumbar. Sebab, ada tamu
KONI yang datang mendadak dan itu tidak banyak wartawan yang tahu. Atas
permintaan pimpinan KONI, akhirnya saya banting stir jadi fotografer.
Alhamdulillah, ada juga hasil jepretan foto saya dimuat di media atau di koran
esok harinya,” cerita Andi yang beberapa waktu lalu sukses mendapatkan
penghargaan dari Presiden Jokowi sebagai peserta KB Mandiri tingkat nasional
2016.
Mungkin pada kesempatan ini, penulis
belum sempat membeberkan profil pegawai sekretariat KONI Sumbar itu
satu-persatu. Tapi yang jelas, peran mereka sangat besar dalam menggapai sukses
yang diraih Kontingen Sumbar di setiap ajang PON.
Menurut penulis, mereka juga pantas dan
layak mendapatkan penghargaan khusus dari Gubernur Sumbar. Jujur saja, tanpa
mereka belum tentu para atlet Sumbar bisa tampil di PON. Tanpa mereka, belum
tentu Kontingen Sumbar bisa mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan dan tanpa
peran mereka belum tentu juga pimpinan KONI Sumbar bisa beraudiensi dengan
Gubernur maupun DPRD guna membahas anggaran olahraga.
Sekali lagi, penulis ucapkan salut atas
kinerja “Tim Dapur” KONI Sumbar dan semoga menjadi renungan kita bersama. Salam
Olahraga! (*)
Tidak ada komentar: